Bacaan: Lukas 2 : 8-20
“Kata malaikat itu kepada mereka, “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa.” (Luk. 2:10)
Di waktu Yesus lahir, pekerjaan sebagai penggembala ternak dianggap sebagai salah satu pekerjaan yang rendah dan hina. Karena siang dan malam, bahkan berhari-hari lamanya mereka harus tinggal bersama kawanan ternaknya. Selain itu, pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang penuh risiko, terhadap serangan binatang buas yang sewaktu-waktu bisa menyerang mereka.
Namun pada malam Yesus dilahirkan, Tuhan menunjukkan bahwa sekalipun para gembala dianggap hina, namun mereka sangat dipedulikan oleh Tuhan. Siapa sangka jika berita sukacita bagi seluruh bangsa, yaitu kelahiran Juru Selamat, justru diberitakan untuk pertama kalinya kepada mereka? Tidak berhenti di situ, Tuhan pun menuntun mereka untuk bertemu dengan bayi Yesus, Raja yang dilahirkan di tempat hina itu. Inilah yang disebut dengan kasih karunia Allah, bahwa Ia telah memilih dan mengizinkan kaum yang terpinggirkan menjadi yang pertama bertemu dan menerima anugerah dari Sang Juru Selamat dunia.
Apa yang dialami oleh para gembala, sesungguhnya menuntun kita pada makna Natal yang sesungguhnya. Adalah kasih karunia, Natal yang sejati terjadi ketika Sang Juru Selamat dikaruniakan secara ajaib di hati manusia yang tulus. Kita yang dianggap hina dan terbuang oleh dunia, namun oleh kasih karunia-Nya, Ia memilih hati kita menjadi tempat bagi-Nya, untuk lahir dan bertakhta. Bagi dunia kita memang terhina dan terbuang, namun kepada kitalah kasih karunia-Nya tertuju. (MJ)
